8 February 2010

Istri Beraksi…. Basmi Korupsi !

Jika berbicara mengenai korupsi, sepertinya tak akan pernah habis karena begitu banyaknya kasus korupsi yang terjadi, tercatat, terungkap, belum tuntas atau bahkan tak tertuntaskan setelah sekian lamanya. Terus terang sebagai seorang yang awam, sudah bosan rasanya telinga ini selalu mendengar berita-berita korupsi atau penyelewengan dana yang diungkap di berbagai media. Apalagi ketika menyaksikan di layar kaca berkaitan dengan proses dimintainya keterangan dari saksi-saksi oleh panitia khusus yang dibentuk menyangkut suatu kasus yang lumayan ‘panas’ yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta. Yang menjadikannya lebih menarik adalah adegan adu mulut antara anggota panitia khusus yang seharusnya meminta keterangan para saksi, bukannya bekerja sama eeh.. kok malah saling bentak dan meledek bahkan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas?! Ups.., Tentu saja yang melihat bereaksi macam-macam… yang terkaget-kaget cuma bisa mengelus dada.., ada yang hanya bisa geleng-geleng kepala saking heran dan puyeng melihatnya, bahkan ada juga yang tertawa terpingkal-pingkal sampai terasa mulas perutnya, seolah-olah melihat dagelan sarkastik yang menggelitik. Padahal yang diharapkan adalah penyelesaian dari kasusnya! Karena sudah jadi cerita lama bahwa tiap kasus korupsi membutuhkan waktu yang panjaang dan panjaaaang. Hingga kini pula berbagai cara pemberantasan pun telah dirumuskan dan dilaksanakan. Sementara korupsi bukannya berkurang, malah makin banyak saja dilakukan. Capek deeh !

Kalau harus menilai proses hukum kasus korupsi yang rumit bin ‘njelimet atau membahas tentang teknis prosedural pemberantasan ‘virus korupsi’ dari perspektif ilmu ketatanegaraan atau pun ekonomi, saya bukan ahlinya. Apalagi jika harus bermain data, ampyuuuuun deh…., memori dan primbon-primbon saya kebanyakan berisi data mengenai bumbu-bumbu dan resep-resep masakan yang efektif dan sukses saya aplikasikan di dapur. Yang jelas-jelas tidak akan jitu bahkan gak ‘nyambung untuk pemberantasan korupsi. Namun meskipun demikian,  walaupun hanya secuil, saya menyimpan sebuah solusi sederhana (jika bisa dikatakan sebagai sebuah solusi) yang sangat erat kaitannya dengan peran seorang perempuan dalam rumah tangga. 

Kita semua tahu bahwa keluarga adalah lembaga terkecil yang bisa jadi titik awal untuk memulai menanamkan nilai-nilai fundamental sebagai pondasi perilaku setiap individu yang ada di dalamnya. Tiap individu tersebut nantinya akan berinteraksi dengan masyarakat di sekelilingnya. Sehingga sudah pasti akan ada pengaruh dari lingkungan disekitarnya. Dalam kondisi yang seperti inilah kekuatan nilai-nilai yang ditanamkan dalam rumah sebagai 'ruang belajar' yang paling pertama dijalani tiap individu, akan menentukan sejauh mana pengaruh negatif akan terserap atau bahkan sama sekali ditolak oleh individu yang bersangkutan. Untuk itu dalam hal ini sangat erat kaitannya peran perempuan sebagai istri yang mendampingi seorang pemimpin keluarga (suami) dan seorang ibu sebagai guru yang paling awal menggoreskan catatan di hati dan pikiran setiap anak, sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar dan kuat untuk dapat membentuk pola hidup serta menyaring hal apa saja yang dapat masuk ke wilayah keluarganya.

Sederhana saja sebenarnya, langkah pertama yang dapat dilakukan seorang istri untuk membentengi keluarganya dari godaan korupsi, bisa juga dianggap sebagai tanda ‘peringatan dini’ untuk mencegah suami melakukan korupsi adalah dengan selalu menanyakan asal uang atau barang yang didapat suami di luar gajinya. Tentunya dengan cara yang halus dan baik tanpa menyinggung perasaan (ini dia.. hal yang perlu diperhatikan ketika bertanya… Jangan sampai lupa, sebelum bertanya-tanya, berterima kasih terlebih dahulu ketika menerimanya sebagai apresiasi atas usahanya menafkahi keluarga… intinya sih santai ajah githu lowh..!Gak terlalu repot juga kan?). Jangan pernah merasa aman dan puas karena mendapat setoran besar dan hadiah barang mewah. Telusuri dari pintu mana dan cara yang bagaimana datangnya tambahan pemasukan tersebut. Lakukan sebelum terlambat! Jangan sampai hasil korupsi menjadi darah yang mengalir dan daging yang memadatkan di tubuh keluarga kita. Tidakkah akan malu seorang suami, tatkala uang yang dia berikan kepada istrinya bukan hasil dari kerja keras dan cucuran keringatnya? Kemanakah larinya kejujuran ketika harus melakukan aksi tilep-menilep, memalak rejeki yang sebenarnya hak orang lain hanya untuk memuaskan nafsu kemewahan?! Minimal seorang suami akan malu hati untuk membohongi istri dan keluarga ketika menyadari pendampingnya amat sangat peduli mengenai asal muasal dan caranya mendapatkan rejeki.

Selanjutnya hal yang lumayan penting adalah peranan seorang istri berkenaan dengan bagaimana dia mengelola hasil yang didapat suami. Ketika istri sebagai seorang manajer keuangan sebuah keluarga tidak mampu mengatur dan menyeimbangkan pendapatan dengan tuntutan kebutuhan dan pola hidup keluarga, apalagi jika dibarengi dengan sikap menuntut yang tiada habisnya. Maka sedikit demi sedikit akan terbukalah celah itu. Di mana suami jadi tergoda untuk memenuhinya dengan cara yang salah kaprah. Jangan sampai deh.. kita diperbudak oleh keinginan-keinginan untuk memiliki segala sesuatu hanya karena jadi trend dan takut dibilang ketinggalan jaman kalau tak memilikinya. Hal yang tidak penting jadi penting! Kebutuhan yang tak semestinya jadi wajib dipenuhi. Waah.. berat diongkos bo! Bukannya tidak boleh menikmati hidup… tapi hidup ada takaran kewajarannya. Percuma jika kemewahan dunia dicicipi dari hasil tindakan korupsi! Meskipun pelakunya dapat berkelit di dunia karena tak terbukti. Urusan korupsi bukan urusan sepele tanpa sanksi. Terpikirkah balasannya di negeri akhirat yang kekal nanti?


Apabila orangtua mampu menyontohkan hal-hal yang positif dan harta yang dipergunakan bersih, manfaat lahir bathin akan dirasakan, keluarga kita terutama anak-anak yang jadi tanggung jawab orangtuanya terhindar dari hal yang kotor. Sikapnya akan jadi positif, mampu memilah-milih mana hal yang yang tidak boleh atau boleh dilakukan. Bukan tanpa aturan, sikut kanan kiri, sabet depan belakang... apalagi korupsi?!   
Tak seorang pun mau jika harus makan dari hasil korupsi. Bahkan koruptor pun sepertinya tak mau jika disebut korupsi! Mereka akan berusaha berdalih ini.. itu.. Entah karena benar-benar terserang amnesia jadi tak mampu mengingat kelakuan buruknya atau mungkin begitu kuatnya penyakit korupsi menggerogoti hati dan nurani? Sampai-sampai bagi koruptor, tindakan korupsi jadi bukan korupsi.

Sudah semestinya istri beraksi untuk basmi korupsi! Bersihkan hati, haramkan korupsi mulai dari diri sendiri .. lalu gunakan ‘pengaruh’ untuk menanamkan nilai dan tindakan anti korupsi pada keluarga sendiri terutama anak dan suami. Bayangkan.. sikap dan tindakan anti korupsi dapat berdampak sistemik (baca; berpengaruh secara meluas pada sistem. Ciieee… ciieee...  pinjam istilahnya boleh dong?!) yang menguntungkan tentunya, terhadap kehidupan bangsa jika sebagian besar keluarga di Indonesia melakukan pengendalian seperti ini? Jika sistem paling kecil sebagai dasar dibangun dengan konstruksi yang baik akan berpengaruh pada kekuatan sistem yang lebih besar yang dibangun di atasnya.  Dan wow..! Betapa besar kekuatan energi positif yang terbentuk untuk memerangi energi negatif dan mempersempit ruang gerak virus yang namanya korupsi. Bahkan Menjadi hal yang mungkin bila pada akhirnya generasi penerus kelak tak terjangkiti karena sudah diimunisasi sejak dini hingga kebal terhadap serangan penyakit korupsi. Ingatlah! Harapan akan selalu ada dan dapat menjadi kenyataan, selama masih ada yang berharap dan bertekad mewujudkannya.

Bukankah kita harus mencoba dari hal yang paling kecil dan mudah terlebih dahulu? Begitu juga dalam menanamkan sikap anti korupsi, terapkan pada kehidupan kita yang lingkupnya lebih kecil dahulu dalam rangka berusaha untuk mencapai sasaran yang lebih besar. Karena menurut saya ‘sesuatu’ yang besar sebetulnya mendapat kekuatan yang berasal dari unsur-unsur yang lebih kecil yang membentuknya.

Kedengarannya terlalu ideal dan sangat jauh dari realita yang ada sekarang…? Yaap, memang betul! Namun Setidaknya kita dapat menjadikan pemikiran yang tertuang dalam tulisan ini sebagai ‘pengingat’ bagi kita untuk segera melakukan tindakan yang tak mesti persis serupa tapi ‘mendekati’ idealnya. Mudah-mudahan curahan pikiran yang sangat sederhana ini, sedikitnya dapat bermanfaat.

Postingan ini selain untuk ‘ngupdate blog saya yang memang jarang di-update, sebetulnya spesial ditujukan untuk berpartisipasi meramaikan hajatan tahun pertama ceritaInspirasi.net. Dan judul yang saya ‘sentil’ dalam postingan tersebut di atas berkaitan dengan tema ajang kompetisi : “solusi pemberantasan korupsi ala blogger”.

Hidup anti korupsi! Anti korupsi harus tetap hidup!!!!

10 comments:

  1. Permisi.... Bu Widi. Tamu yang pertama...
    Wah...wah pemberantasan korupsi memang harus dimulai dari lingkungan terkecil kita, yaitu Rumah Tangga. Mantab banget Bu....

    ReplyDelete
  2. wow.. mantap mbak.. ^^ mencoba menyoroti fenomena ini dari 'sisi lain'.. nice post..
    btw, thanks untuk partisipasinya yah.. ^^

    ReplyDelete
  3. huaaaaaaaaaa udah ikutan ya????
    aku malah belom mbikin
    ikut ga ya???
    wong kalimatku masih pating blipet alias ngawur

    ReplyDelete
  4. Setuju, istri-istri koruptor seharusnya ditatar ya..

    ReplyDelete
  5. Wah, bagus banget nih Mbak. Saya setuju banget, para istri bisa berperan besar dalam pencegahan korupsi...
    Sukses ya dengan kompetisinya... hidup anti korupsi!

    ReplyDelete
  6. Andaikan semua Istri seperti itu... bisa seperti itu... mungkin tingkat korupsi di Indonesia bisa ditekan ke angka yang paling rendah. Tapi kalo Istri juga menikmati 'kemewahan' yang tidak lazim karena bukan dari gaji bersih suami tersebut... mo gimana lagi? Ikutan pengajian juga sama aja, kk... pulang pengajian, lirik berlian :D

    ReplyDelete
  7. ayo basmi korupsi
    ayo menangkan

    ReplyDelete
  8. Setuju buanget mbak. Istri memang punya peran penting dalam mengarahkan suami. Tidak hanya menyangkut masalah korupsi, tp juga dalam hal lainnya.

    Kalo semua istri bisa berfikir seperti mbak. Pasti Indonesia jd negara terbersih dari korupsi pertama

    Oya, ada tag buat mbak. Ambil ya...

    ReplyDelete